Anda mungkin pernah mengalami kejadian tak terlalu menyenangkan ketika keponakan atau anak tetangga yang masih balita menarik-narik rambut Anda. Meski sebenarnya terasa sakit, Anda tentu akan mencoba tertawa melihat ulah balita tersebut.
Si ibu anak tersebut pasti langsung tahu bahwa tawa Anda palsu dan basa-basi. Ini karena manusia sebenarnya bisa mengenali mana hal yang tulus dan mana yang sifatnya berpura-pura.
Tertawa merupakan sinyal sosial yang sangat penting. Menurut Greg Bryant, pakar bidang komunikasi dari UCLA, dengan tertawa, kita mengirimkan pesan kepada orang lain bahwa kita bisa diajak bekerja sama, berteman, dan kita tidak berbahaya.
“Itu sebabnya primata, manusia, dan juga hewan lain, termasuk tikus dan anjing, juga tertawa,” kata Bryant.
Dalam penelitian yang dilakukannya, ia menemukan bahwa tawa yang tulus mudah dikenali. Namun, umumnya para responden dalam penelitiannya lebih gampang mengenali tawa yang palsu.
“Kemampuan manusia untuk mengenali tawa yang tulus dan tawa palsu terletak pada gelombang suara berat, yakni ‘ha-ha’. Dua vokal yang berbeda ini membuat tawa sebagai sistem emosional terdengar tulus,” katanya.
Tawa yang palsu tidak selalu buruk. Menurut Bryant, tawa jenis ini juga bisa mengomunikasikan keinginan untuk bekerja sama dan terbuka untuk pertemanan. Kemampuan mengenali tawa palsu ternyata juga sudah dikuasai anak berusia 5 atau 6 tahun.