Isu Megathrust Turunkan Kunjungan Wisata di Pandeglang”

117

Pemerintah Kabupaten Pandeglang, Banten, mengonfirmasi adanya penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke daerah tersebut setelah munculnya isu potensi gempa megathrust di selatan Selat Sunda. Kepala Dinas Pariwisata Pandeglang, Rahmat Zultika, menyatakan bahwa penurunan kunjungan terlihat dalam tiga pekan terakhir.

“Kunjungan wisata memang menurun setelah isu megathrust ini. Beberapa kelompok membatalkan kunjungan mereka, seperti di Tanjung Lesung,” ujar Rahmat yang hadir secara daring dalam konferensi pers Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Senin, 26 Agustus 2024.

Meski begitu, Rahmat percaya penurunan jumlah kunjungan wisata tidak sepenuhnya disebabkan oleh isu potensi megathrust. Salah satunya mungkin disebabkan oleh berakhirnya masa liburan sekolah.

Menurut Rahmat, bila dibandingkan dengan periode sebelum isu megathrust muncul dan ramai diberitakan, jumlah kunjungan wisatawan di Pandeglang cenderung stabil. Dia tidak dapat memastikan persentase penurunan kunjungan sebelum dan setelah isu megathrust.

“Harapan kami menjelang akhir tahun ini adalah isu potensi megathrust tidak semakin menguat,” katanya.

Kabupaten Pandeglang terletak di ujung barat selatan Provinsi Banten, berhadapan langsung dengan Selat Sunda dan Samudera Hindia, yang oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diidentifikasi berpotensi melepaskan megathrust yang tertahan selama lebih dari 200 tahun.

Percakapan di media sosial dan pemberitaan media ramai membicarakan potensi megathrust di selatan Pulau Jawa dan lepas pantai barat Sumatera. Potensi megathrust bukan isu baru di Indonesia, namun kembali mencuat setelah BMKG merespons gempa megathrust di Jepang pada Kamis, 8 Agustus 2024.

“Kekhawatiran ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai saat ini sama persis dengan yang dirasakan oleh ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap ‘Seismic Gap’ Megathrust Selat Sunda (M 8,7) dan Megathrust Mentawai-Siberut (M 8,9). Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata ‘tinggal menunggu waktu’ karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,” kata Daryono dalam keterangan tertulis, Rabu, 14 Agustus 2024.

Kepala Bidang Mitigasi Tsunami Samudera Hindia dan Pasifik BMKG, Suci Anugrah, menjelaskan bahwa potensi megathrust di Indonesia didasari oleh kajian ilmiah dan tidak dapat dihindari. Dia menekankan pentingnya meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi.

“Fakta bahwa megathrust bisa mencapai magnitudo 8,9 berdasarkan kajian ilmiah. Potensinya memang ada dan tidak bisa diketahui kapan terjadinya. Yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan mitigasi agar dampak yang ditimbulkan bisa dikurangi,” kata Suci dalam konferensi pers bersama Kemenparekraf, Senin, 26 Agustus 2024. (KD)