Cilegon, kota industri yang dikenal dengan investasi triliunan dan banyaknya perusahaan besar, menyimpan paradoks mencolok di balik kesuksesan ekonominya. Meskipun menjadi pusat industri padat modal dengan berbagai proyek besar—seperti pembangunan pabrik PT Lotte Chemical, pendirian fasilitas oleh PT Chandra Asri Alkali, serta operasi PT Krakatau Posco—kesejahteraan masyarakat lokal yang hanya berjumlah ratusan ribu orang tampaknya tidak merasakan manfaat yang setara dengan kemajuan industri tersebut.
Investasi besar-besaran yang mengalir ke Cilegon menunjukkan ambisi kota ini untuk menjadi salah satu pusat industri utama di Indonesia. PT Lotte Chemical, dengan pembangunan pabriknya yang sedang berjalan, dan PT Chandra Asri Alkali yang akan menambah jejaknya di kota ini, mencerminkan betapa menariknya Cilegon bagi investor besar. Selain itu, PT Krakatau Posco, yang sudah lama beroperasi, bersama dengan berbagai perusahaan raksasa lainnya, memperkuat citra Cilegon sebagai kota industri.
Namun, di tengah geliat investasi ini, ketimpangan sosial menjadi isu yang semakin mendalam. Kesejahteraan penduduk lokal yang tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan. Meskipun berbagai perusahaan besar memberikan kontribusi ekonomi yang substansial, lapangan kerja yang tersedia tidak secara proporsional meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal. Banyak warga yang tinggal di kawasan padat dan miskin masih kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak. Masalah ini diperburuk dengan ketidakcocokan antara keterampilan yang dimiliki penduduk dengan kebutuhan industri serta kemungkinan adanya diskriminasi dalam proses rekrutmen.
Pengusaha lokal juga merasakan dampak negatif dari dominasi industri besar. Ketidakmampuan untuk bersaing secara adil dengan raksasa industri menghambat pertumbuhan ekonomi lokal yang berkelanjutan dan membatasi potensi bisnis kecil. Dalam skema industri yang didominasi oleh pemain besar, dukungan dan kesempatan bagi usaha kecil sering kali diabaikan, menciptakan ketidakadilan dalam distribusi manfaat ekonomi.
Dampak lingkungan yang dihasilkan oleh aktivitas industri juga merupakan masalah serius. Pencemaran udara dan air dari limbah industri berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, menciptakan tantangan tambahan bagi kualitas hidup di kawasan industri. Regulasi lingkungan yang ada saat ini dinilai tidak cukup ketat dan sering kali tidak diterapkan secara konsisten, sehingga dampak negatif dari industri terhadap lingkungan terus berlanjut tanpa adanya solusi efektif.
Kelemahan dalam regulasi dan pengawasan pemerintah memperburuk masalah ini. Pemerintah, dalam hal ini, belum menunjukkan ketegasan dalam menegakkan aturan yang melindungi masyarakat dan lingkungan. Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), yang diharapkan dapat berperan aktif dalam mengelola dan menciptakan peluang kerja, masih belum efektif dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Kurangnya koordinasi antara pihak-pihak terkait dan strategi yang jelas menghambat upaya untuk menciptakan kesejahteraan yang lebih merata.
Cilegon perlu melakukan introspeksi mendalam dan reformasi menyeluruh untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Untuk tidak hanya dikenal sebagai pusat industri dengan kilau investasi, tetapi juga sebagai kota di mana kesejahteraan masyarakat benar-benar terjamin, diperlukan kebijakan yang lebih inklusif dan penegakan regulasi yang lebih ketat. Pemerintah dan semua pemangku kepentingan harus bekerja sama untuk memastikan bahwa kemajuan industri sejalan dengan peningkatan kesejahteraan sosial yang adil dan berkelanjutan.
(Penulis adalah Wartawan Senior)