Harga Beras Pecah Rekor, Bos Bulog Gerebek Pasar

828

12_13_21_direktur-utama-perum-bulog-budi-waseso-bersama-jajaran-bulog-dan-bapanas-cek-ketersediaan-beras-di-pasar-perumnas-klender-28-a

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) melakukan ‘Grebek Pasar’ dalam rangka memantau ketersediaan stok beras di Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur pada hari ini, Senin (28/8/2023).

‘Grebek Pasar’ ini dilakukan di tengah lonjakan harga beras yang kian ugal-ugalan.

Panel Harga Badan Pangan menunjukkan, harga beras pada hari Minggu (27/8/2023) naik cetak rekor baru.

Tercatat, harga beras medium naik Rp40 ke Rp12.210 per kg dan beras premium naik Rp20 ke Rp13.880 per kg.

Sepekan sebelumnya (20 Agustus 2023), harga beras medium tercatat di Rp12.070 per kg dan beras premium di Rp12.730 per kg.

Harga tersebut adalah rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran.

Dalam ‘Grebek Pasar’ tersebut, Buwas bersama Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi tampak berkeliling pasar dan berhenti di tiga toko beras untuk berdialog dengan pedagang yang menjual beras program Stabilisasi Pasokan Harga Pangan Beras (SPHP).

“Harganya Rp 9.450 (per kg). Dijual per liter Rp 7.100-an, kalau beli karung 5kg Rp 47.000. Lebih bagus, lebih murah,” kata Buwas.

Buwas memastikan Perum Bulog akan terus memasok pasar dengan beras SPHP kemasan 5 kg setiap harinya.

“Dari kita itu dipastikan, setiap hari kita mensupply sesuai kapasitas mereka. Yang penting sekarang beras Bulog kan banyak, ini disebar ke pedagang,” ujarnya.

Buwas menyampaikan, langkah Bulog itu bukan untuk mematikan para pedagang, melainkan untuk memastikan agar harga beras terjangkau untuk masyarakat.

“Concern kita bukan untuk mematikan pedagang, kita kan ingin harga terjangkau untuk masyarakat. Sekarang kan kita menyediakan beras berkualitas, beras premium walaupun harganya tetap murah,” tutur Buwas.

“Stoknya ada, aman, tenang saja Insyaallah,” imbuhnya.

Buwas menjelaskan, saat ini operasi pasar (OP) yang dilakukan Bulog memang tidak lagi dilakukan dalam bentuk curah, hal itu untuk memastikan agar beras Bulog tidak lagi diselewengkan.

“Kalau dulu Bulog OP bentuk curah, itu hilang, hanya 10% ke pasar, paling banyak 20%. Sisanya dijual komersil. Jadi rakyat kecil tidak merasakan. Jadi sekarang OP nya bentuk packaging dan bantuan pangan,” tuturnya.

“Sekali lagi, Bulog tidak akan mendistribusikan dalam bentuk curah,” imbuh Buwas.

Bagi pedagang yang masih belum menjual beras SPHP, kata Buwas, para pedagang bisa mendaftar dan/atau bisa membeli melalui gerai sentra yang sudah tersedia beras SPHP.

“Oh bisa, makanya tadi saya tanya sentranya ada berapa banyak? Nanti dari gerai disalurkan ke pedagang lain,” ujarnya.

Lebih lanjut, Buwas juga berharap adanya keaktifan dari Pemerintah Daerah (Pemda) untuk membantu dalam pendistribusian beras SPHP ke pasaran.

“Saya berharap keaktifan dari Pemda untuk mengurus ini. Semua membantu agar semua ini dapat dirasakan masyarakat. Yang celakanya itu kalau ada isu beras langka dan panic buying. Namun, saya menjamin stoknya cukup untuk menyuplai di seluruh Indonesia,” kata Buwas.