Silmy Karim menyatakan, pelaksanaan proyek ini sejalan dengan rencana pemerintah yang tengah gencar melaksanakan pembangunan di bidang infrastruktur dan membuka akses pengembangan industri di seluruh wilayah Indonesia.
“Proyek pemanfaatan air laut ini diharapkan menjadi langkah yang efektif untuk memenuhi kebutuhan air bagi kebutuhan industri di Provinsi Banten khususnya bagi CAP. Ini adalah strategi baru Perseroan untuk mendorong perkembangan bisnis anak usaha yang berpotensi,” ungkap Silmy dalam keterangannya, Selasa (18/6/2019).
Agus Nizar Vidiansyah mengungkapkan, proyek pengolahan air laut yang akan dilakukan oleh PT KTI dan CAP ini akan menjadi salah satu sarana pengolahan air laut terbesar di Indonesia karena memiliki kapasitas produksi sebesar 800-1.000 liter per second (lps) dengan valuasi nilai proyek mencapai hampir Rp 1,5 triliun. Adapun proyek ini direncanakan dapat mulai beroperasi di 2022.
Lebih lanjut Vidiansyah menyatakan bahwa proyek ini diharapkan dapat berjalan dengan lancar dan tidak mengalami kendala apa pun.
“Kami pun mengimbau kepada jajaran manajemen agar dapat melaksanakan proyek ini dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian, itikad baik, dan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance),” tuturnya.
Selain di wilayah Banten, PT KTI juga telah berekspansi ke wilayah Gresik, Jawa Timur, dengan memperoleh tender pembangunan dan pengoperasian Sistem Pengolahan Air Minum yang diadakan oleh PDAM Giri Tirta Gresik pada tahun 2018. Proyek ini akan memiliki kapasitas 1.000 liter per second dengan nilai investasi Rp 618 miliar.
Pada 2018 kinerja PT KTI memperoleh laba bersih sebesar Rp 161 miliar dan diproyeksikan laba bersih PT KTI akan meningkat hingga Rp 163 miliar di 2019. Sedangkan untuk kapasitas air produksi saat ini 2.400 liter per second dengan target kapasitas air produksi sebesar 3.500 liter per second di 2024. (Zaki)