Disbudpar Kota Cilegon Kembangkan Seni Musik Berbasis Digital

1590
Kepala Disbudpar Kota Cilegon, Bukhori Tengah Saat Memberikan Sambutan Sekaligus Membuka Klinik Musik Multikultural Di Grand Mangku Putra, Senin (24/10/2016)
Kepala Disbudpar Kota Cilegon, Bukhori Tengah Saat Memberikan Sambutan Sekaligus Membuka Klinik Musik Multikultural Di Grand Mangku Putra, Senin (24/10/2016)

CILEGON, (BidikBanten) – Perkembangan teknologi digital saat ini, telah membawa perubahan besar dalam proses produksi, distribusi dan konsumsi dibidang seni musik. Hal tersebut, menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cilegon, dalam mengembangkan seni musik dan budaya, kearah yamg lebih modern.

Kepala Disbudpar Kota Cilegon, Bukhori mengatakan, bahwa dalam perkembangannya musik mengalami berbagai perubahan, yang tentunya para insan musik dan masyarakat merasa perlu mengikuti perkembangan-perkemabangan tersebut. Terlebih di Kota Cilegon sendiri, memiliki sejumlah komunitas seni, musisi dan guru musik yang dirasa perlu mengikuti dan mengembangkan seni musik dalam proses pendidikan serta penciptaan musik yang dapat dipromosikan ke pasar yang lebih luas. Korelasi terhadap perkembangan teknologi terhadap seni musik, terdapat pada kemudahan pemakai, dan pendengar seni musik itu sendiri, dimana pada awalnya untuk membuat instrumen musik tradisional, para pemain musik harus membawa peralatan-peralatan musik yang sangat banyak ke studio rekaman, dengan adanya Klinik Musik Interkultural ini, dimana program tersebut merupakan pelatihan pemanfaatan teknologi digital dalam produksi, distribusi dan konsumsi musik, para pemain musik hanya perlu menginstall sofware (perangkat lunak), dimana software tersebut terdapat berbagai macam bunyi atau instrumen yang mirip dengan alat-alat musik tradisional, sehingga, untuk merekam bunyi alat musik, tidak perlu membawa alat musik sungguhannya ke studio, sehingga lebih praktis dan efisien.

“Kalau dahulu harus bawa alat musiknya ke studio untuk rekaman, dan dimasukan kedalam alat rekordingnya, saat ini hanya dengan menginstall software yang disediakan oleh narasumber, para peserta bisa langsung mengaplikasikan ke model suara alat musik yang diinginkan. Sebagai contoh, untuk suling, gambus, rampak dan sebagainya, nanti ada semua disana, dan akan dipaparkan di klinik ini” kata Bukhori saat ditemui usai membuka Klinik Musik Interkultural, di Hotel Grand Mangku Putra, Kota Cilegon, Senin (24/10/2016).

Bukhori menambahkan, lewat program tersebut, pihaknya berharap para peserta mampu mengembangkan konsepsi, apresiasi, kreativitas, dan inovasi melalui penggunaan teknologi audio digital, selain itu, para peserta diharap, mampu memahami, menerapkan dan mengoperasikan software musik digital dalam proses produksi musik, serta pembelajarannya, dan yang lebih penting, peserta mampu menciptakan, memasarkan dan mempromosikan karya-karya musik orisinal serta interpretatif secara independen, melalui perangkat teknologi digital dan jaringan online.

“Harapan saya, para peserta nantinya dapat mengaplikasikan hasil dari pelatihan ini, sehingga mereka (peserta, red), dapat terus menciptakan kreasi-kreasi musik yang mengikuti perkembangan saat ini,” katanya.

img-20161024-wa0015

Sementara itu, Kepala Bidang Seni Budaya Disbudpar Kota Cilegon, Heni Susila menyatakan, program pelatihan tersebut, merupakan salah satu program guna meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya peserta pelatihan, dalam mengembangkan potensi seni budaya, terutama seni musik tradisional Kota Cilegon, menjadi semakin modern, dan dapat terus dinikmati sesuai dengan perkembangan digital nantinya.

“Kami mengundang 25 guru dari SMU dan SMP, para Komunitas Seni dan Budaya, dan Sanggar-Sanggar yang ada di Kota Cilegon. melalui program ini, semata-mata guna meningkatkan pengetahuan peserta, dalam menciptakan, dan memproses musik ke arah digital, sehingga suatu saat mereka dapat menerapkan hasil pelatihan tersebut, kepada masyarakat, karena dalam perkembangannya, para peserta akan dapat banyak sekali pengetahuan dan kemudahan dalam memproduksi musik. Dalam pelatihan ini, akan ada software yang dibeberkan oleh para narasumber, sehingga tinggal diaplikasikan saja,” tegas Heni.

img-20161024-wa0017

Hal senada diungkapkan Chavchay Syaifullah, salah seorang narasumber yang saat ini menjadi Ketua Dewan Kesenian Banten di pelatihan tersebut, Chavchay memaparkan, bagi banyak orang perangkat lunak seperti, Fruity Loop, Reason, dan Acid Pro mungkin masih terasa asing didengar, sementara perangkat lunak yang dijelaskan, merupakan salah satu komponen untuk mendorong manipulasi suara asli atau suara berbasis sample. Perkembangan bahan-bahan pra-rekaman seperti loop dan sample telah menggeser fokus produksi musik, dari ketergantungan terhadap instrumen musik tradisional ke perangkat lunak digital yang menyediakan algoritma untuk meniru instrumen.

“Perangkat lunak seperti, Fruity Loop, Reason, dan Acid Pro mungkin masih terasa asing didengar, sementara perangkat lunak yang dijelaskan, merupakan salah satu komponen untuk mendorong manipulasi suara asli, dan masih banyak hal-hal yang dapat dipelajari dari pelatihan ini. Instrumen musik itu meliputi tiga hal, bagaimana musik menjadi energi lingkungan, bukan hanya dari instrumen atau alat musik saja, dari gemericik air, siulan burung, deru gelombang, letusan gunung, itupun bisa menjadi instrumen, dan sejauh mana energi lingkungan bisa masuk ke dalam diri, atau frekuensi. Frekuensi yang pas untuk dapat dinikmati oleh pendengar, mengantar kepada kecerdasan dalam memahami segala sesuatu, khususnya komponen dalam instrumen,” pungkasnya. (Adv)