Rupiah Anjlok, PHK Melanda Ribuan Pekerja Tekstil di Tangerang

1008

Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) memakan korban. Ribuan pekerja dari pabrik tekstil yang beroperasi di wilayah Tangerang diberhentikan akibat biaya impor bahan baku yang terus meningkat mengingat keperkasaan dolar yang tidak terbendung.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G Ismy mengakui, sebanyak lebih dari seribu orang terkena Pemutusan Hak Kerja (PHK) akibat perusahaan terus mengalami kerugian. Biaya impor bahan baku yang lebih tinggi dibandingkan pendapatan perusahaan membuat perusahaan tersebut menjual asetnya.

“Depresiasi rupiah kemarin ada pabrik (benang) di Tangerang yang mau jual perusahaannya. Dia jual perusahaannya untuk bayar (pesangon) tenaga kerja yang di PHK. Ada sekitar seribu tenaga kerja,” ujar Ernovian di Adhigraha Building, Jakarta Selatan, Senin (24/8/2015).

Ia menjelaskan, industri tekstil dalam negeri harus mengimpor kapas dari 60 negara seperti Amerika Serikat dan Brasil. Ini karena produksi kapas dalam negeri tak memenuhi kualitas dan kebutuhan industri lokal.

Sebanyak 60 persen biaya produksi hanya untuk membeli bahan baku. Sedangkan kebutuhan energi memakan 18 persen biaya produksi dan 13 persen untuk tenaga kerja.

“Struktur bahan baku besar karena kita impor secara tidak langsung, melainkan melalui jalur pihak ketiga seperti Malaysia. Jadi ketika impor dari Amerika Serikat harus ditaruh di Malaysia dan setelah itu baru kita impor. Kita berat karena harus kembali membayar sewa gudang dan yang lainnya,” pungkas Ernovian.

(Mt/KD)

Comments are closed.