Tidak semua para pengamen dan anak jalanan yang biasa kita temui dijalan itu semuanya murni pengamen, diantara mereka ternyata melakukan kerja “terpaksa” ini demi sebuah alasan yang ironis, seperti yang dilakukan oleh Malik (10 tahun) dan Erlan (8 tahun) ini contohnya.
Dan ‘apesnya’ mereka yang terbilang pengamen pendatang ini saat memulai aktifitas usahany sudah tertangkap oleh satpol PP.
Subian Malik, 10th, pelajar kelas 6 SDN Pancoran Mas 7 mengaku terpaksa mengamen untuk mengganti uang Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dipakai untuk eksul renang.
“Uang LKS Rp. 15.000 yang diberikan oleh mama digunakan untuk eksul berenang. Saya takut ditanyain sama Mama, untuk menggantinya saya mengamen dan mengumpulkan uangnya untuk bayar LKS dan uang jajan,”ujar dengan nada polos.
Anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Herniwati dan Arlen ini sudah dilarang orang tua untuk tidak mengamen. “Mama sudah melarang mengamen, dengan alasan takut terluka naik turun angkot untuk mengamen,” katanya mengatakan bapaknya yang bekerja sebagai pembuat pengrajin rak di daerah Tanah Abang.
“Saya menyesal Pak. Setelah ditangkap begini, saya kapok dan tidak akan mengamen lagi.”
Sedangkan, Farit,9, pelajar kelas 2 SD Ratujaya 1, mengamen untuk membiayai bapak yang sedang sakit jantung. “Ibu sudah menikah lagi dan sudah tidak tinggal bersama lagi,”ungkapnya.
Sebelum berangkat mengamen di Jalan Arif Rahman Hakim bocah laki-laki polos ini menyempatkan untuk mengerjakan tugas PR sepulang sekolah. “Saya kerjain PR dulu baru mengamen. Biasa dari siang hingga malam dapat Rp. 30 ribu, uangnya dikasih ke bapak untuk biaya sakit jantung bapak,”demikian. (Seno)