Pemadaman Listrik di Masjid Agung Cilegon, Agus Surahmat Beberkan Langkah Berat yang Diambil DKM

452

Cilegon, – Agus Surahmat, Sekretaris Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Agung Cilegon, memberikan klarifikasi terkait isu pemadaman listrik yang terjadi di masjid tersebut serta anggapan adanya konflik kepentingan yang beredar di masyarakat. Dalam pernyataannya, Agus mengungkapkan bahwa masalah ini perlu dipahami dalam konteks yang lebih luas, yang dimulai sejak pertengahan tahun 2019, tepatnya pada masa pandemi COVID-19.

Menurut Agus, pandemi memberikan dampak yang sangat besar terhadap operasional Masjid Agung Cilegon, di mana hampir semua sumber pendapatan masjid mengalami penurunan drastis. “Pada saat itu, tidak ada pemasukan sama sekali. Sumber pendapatan dari sewa kegiatan atau tempat, yang biasanya menjadi salah satu andalan, hampir tidak ada. Bahkan, kegiatan seperti itu dilarang sama sekali,” ujarnya.

Agus menjelaskan bahwa meskipun pemasukan sangat terbatas, pengeluaran operasional masjid tetap harus dijalankan. “Setiap minggu, pemasukan dari jemaah yang datang hanya sekitar 1 juta .200 ribu rupiah, sementara pengeluaran kami mencapai antara 43 hingga 50 juta rupiah per bulan,” kata Agus. Pengeluaran tersebut mencakup biaya listrik, air PDAM, perawatan, serta gaji bagi pegawai yang bekerja di masjid, yang terdiri dari imam, muazin, petugas kebersihan, hingga keamanan.

Karena minimnya pemasukan dan besarnya beban operasional, DKM Masjid Agung Cilegon terpaksa mengambil langkah untuk menutupi kekurangan dana dengan cara meminjam uang dan menggunakan dana pribadi pengurus. “Kami mencari pinjaman dan kami juga patungan, antara saya dan bendahara, untuk menutupi kekurangan yang ada. Ini kami lakukan demi kelangsungan operasional masjid, dan itu berlanjut sampai tahun 2022,” jelas Agus, Rabu (29/1/2024).

Menyikapi adanya tuduhan tentang konflik kepentingan yang muncul di masyarakat, Agus menegaskan bahwa semua langkah yang diambil oleh pengurus masjid selama masa pandemi adalah semata-mata untuk memastikan bahwa masjid tetap dapat berfungsi dan tidak menambah beban bagi umat. “Kami tidak pernah ada niat untuk mencari keuntungan pribadi. Semua yang dilakukan semata-mata untuk kebutuhan operasional masjid,” ujar Agus menegaskan.

Agus juga menambahkan bahwa situasi ini tidak hanya mempengaruhi Masjid Agung Cilegon, tetapi juga hampir semua tempat ibadah lainnya yang terdampak oleh pandemi. Oleh karena itu, ia berharap masyarakat dapat memahami bahwa apa yang terjadi adalah akibat dari situasi yang sangat luar biasa dan di luar kendali pengurus masjid.

Mengenai pemadaman listrik yang terjadi, Agus mengungkapkan bahwa hal tersebut terjadi sebagai akibat dari terbatasnya dana yang tersedia. Meskipun begitu, pihak DKM berkomitmen untuk terus berupaya mencari solusi agar layanan yang diberikan kepada jamaah tetap berjalan dengan baik.

Pihaknya berharap klarifikasi ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai situasi yang dihadapi oleh Masjid Agung Cilegon selama beberapa tahun terakhir dan mengurangi potensi kesalahpahaman yang ada di masyarakat. (*/red)