@Alwiyan Rakjat Biasa
_”Ketika suatu paradigma sudah tidak dapat digunakan lagi untuk memecahkan persoalan penting dan strategis atau justru mengakibatkan konflik, maka suatu paradigma baru harus segera diciptakan”_
Suatu bangsa, jika diantara mereka saling berlaku jujur dan saling berbuat adil, saling memakmurkan dalam dimensi material, spiritual dan intelektual maka bangsa tersebut akan mencapai kejayaannya, masyarakatnya akur sedulur, damai sejahtera sebangsa dan setanah air, tidak akan ada permusuhan yang tajam atau kedzaliman dan kemungkaran yang membudaya.
Allah Swt berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤىِٕ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
_”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”_
(QS. An-Nahl 16: Ayat 90)
Ayat diatas bisa menjadi inspirasi kita bersama untuk mulai menapaki jalan menuju kejayaan sebagai bangsa. Suatu bangsa selain ditentukan oleh hukum yang adil, meningkatnya produktifitas di semua aspek kehidupan dan pendidikan berkualitas sebagai upaya kaderisasi mempersiapkan regenerasi SDM kepemimpinan yang akan melanjutkan perjuangan bangsa, juga sangat ditentukan oleh sesolid apa kepemimpinan dijalankan. Kepimimpinan mestinya dimaknai dan diwujudkan dalam aktifitas membuat keputusan bersama dan aktifitas kerjasama dalam kebaikan antara yang dipimpin dengan yang memimpin dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama-sama serta mendistribusikan hasil-hasil yang telau dicapai secara proporsional.
Maka, musyawarah dan saling kerja sama serta saling tolong menolong adalah suatu keniscayaan dalam kepemimpinan ideal. Allah Swt berfirman ;
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
….. Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.”
(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 2)
*Menata Kembali Paradigma dan Komitmen Berbangsa dan Bernegara Kita*
Langgeng dan tumbuh besarnya suatu bangsa dan negara hingga kehadirannya terasa manfaatnya bagi kemajuan rakjatnya, menurut pandangan saya adalah ketika 5 aspek fundamental dibawah ini benar benar menjadi perhatian dan spirit semua elemen bangsa, diantaranya :
*1. Niat luhur dan mulia*
Niat mulia dan komitmen seluruh komponen bangsa dan negara di berbagai level dalam memperjuangkan perwujudan nilai-nilai luhur dalam berbangsa dan bernegara. Komitmen menjadikan negara hanyalah sebatas alat perjuangan untuk mewujudkan nilai-nilai luhur dengan sikap adil, beradab, modern dan moderat.
*2. Supremasi hukum*
Supremasi hukum sebagai upaya menegakkan dan menempatkan hukum atau nilai nilai serta peraturan negara pada posisi tertinggi. Dengan menempatkan hukum sesuai tempatnya sehingga selain sebagai media rekayasa sosial, hukum benar benar dapat berfungsi melindungi seluruh warga negara tanpa adanya intervensi oleh dan dari pihak manapun, singkatnya, hukum sebagai panglima dalam berbangsa dan bernegara.
*3. Kepemimpinan*
Soliditas kepemimpinan dalam berbangsa dan bernegara merupakan syarat yang tidak bisa ditawar-tawar dalam keadaan apapun. Kepimimpinan mesti dimaknai dan diwujudkan dalam aktifitas membuat keputusan bersama dan aktifitas kerjasama antara yang dipimpin (rakyat) dengan yang memimpin dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama-sama serta mendistribusikan hasil-hasilnya secara proporsional.
*4. Produktivitas*
Tanpa produktifitas yang nyata-nyata dapat dirasakan manfaatnya oleh bangsa dan negara, suatu negara akan redup dan mati. Semua aspek diharapkan produktif secara optimal hingga tumbuh ketahanan dan pertahanan di semua bidang.
*5. Kaderisasi*
Kaderisasi memiliki tujuan mempersiapkan stok sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka regenerasi melalui suatu pendidikan unggul yang pada gilirannya generasi tersebut akan siap meneruskan estafeta kepemimpinan yang akan melanjutkan dan melanggengkan nilai nilai dan cita cita yang telah ditentukan dan diperjuangkan oleh bangsa dan negara untuk jangka panjang.
Penutup, kita semua bisa akur sedulur menjadi bangsa yang kuat, syaratnya jika kita semua bisa saling jujur saling adil saling memakmurkan, jika tidak maka hancur sebagai bangsa yang sakit. Pahamilah bahwa bangsa yang sehat atau bangsa yang sakit dapat diketahui ketika suatu bangsa tersebut mampu memenangkan peperangan, karena sesungguhnya sejarah peperangan bangsa-bangsa di dunia ini hanyalah kisah tentang bangsa yang sehat mengalahkan bangsa yang sakit.
Wallahu a’lam.
(*/red)