Golkar Tinggalkan KIM Plus, Pindah Dukungan ke Airin-Ade: Soliditas Koalisi Dipertanyakan

155

Golkar mengubah arah dukungannya dalam Pilkada Banten 2024, menarik dukungan dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus yang terdiri dari Demokrat, NasDem, PKB, PAN, PSI, dan PPP. Pada Selasa, 27 Agustus 2024, Golkar secara resmi mendeklarasikan dukungannya untuk pasangan calon Airin-Raden Ade Sumardi di Pilgub Banten, menggantikan dukungan sebelumnya untuk pasangan Andra Soni-Dimyati Natakusumah.

Perubahan sikap Golkar ini terjadi setelah PDIP juga menyatakan dukungannya untuk Airin-Ade. Airin, yang merupakan kader Golkar, berpasangan dengan Ade dari PDIP, sebuah partai yang bukan bagian dari KIM.

Pengamat Politik dari Universitas Andalas, Asrinaldi, menilai langkah Golkar ini menunjukkan mulai luntur soliditas KIM. “Ini menggambarkan bahwa kepentingan internal partai lebih penting dibandingkan dengan koalisi yang tujuannya mulai tidak jelas,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com pada Rabu, 28 Agustus 2024.

Asrinaldi mencatat bahwa meski KIM masih mendukung pemerintahan Prabowo, koalisi ini mulai goyah dalam Pilkada. “Penerimaan partai baru dalam KIM Plus, seperti NasDem, PKB, dan PKS, memicu ketidakstabilan di koalisi awal,” tambahnya.

Dia percaya bahwa Prabowo Subianto, capres yang didukung oleh KIM, sudah menyadari ketidakpuasan dalam koalisi tersebut. “Prabowo mengungkapkan kekhawatiran tentang kekuasaan yang terlalu dipengaruhi kepentingan luar, yang bisa merugikan bangsa,” katanya.

Menurut Asrinaldi, ketidaksolidan KIM juga terlihat dalam kompetisi pilkada di beberapa daerah. “Di Jawa Barat, misalnya, Gerindra dan NasDem mengusung Dedi Mulyadi, sementara PKS mendukung Syaikhu. Ini menunjukkan bahwa KIM Plus tidak solid di lapangan,” tambahnya.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, juga mencatat ketidakserasian antara partai-partai dalam KIM Plus. “Perbedaan sikap ini tidak hanya terjadi di Banten tetapi juga di daerah lain. Ketidaksolidan KIM Plus memperlihatkan bahwa kebutuhan politik lokal seringkali mengalahkan solidaritas koalisi,” katanya.

Adi menambahkan bahwa meski KIM mungkin tetap solid dalam konteks politik nasional, ketidakpastian dalam koalisi lokal menunjukkan bahwa friksi antar partai sering terjadi menjelang pemilu. “Meskipun KIM mungkin tampak solid pada awalnya, friksi internal sering kali muncul seiring berjalannya waktu,” ujarnya.

Dengan ketidakpastian yang mengelilingi soliditas KIM Plus, hasil Pilkada 2024 akan menjadi indikator penting mengenai stabilitas koalisi ini di masa depan.(KD)