Sejarah dan Transformasi Ekonomi di Cilegon: Dari Tsunami hingga Kawasan Industri

83

Cilegon, sebuah kota di Provinsi Banten, telah mengalami berbagai peristiwa bersejarah yang membentuk nasib dan ekonomi kawasan tersebut. Berikut adalah beberapa peristiwa penting yang menggambarkan transformasi dan dampaknya terhadap masyarakat lokal:

1. Tsunami 1883: Pada bulan Agustus 1883

Cilegon dilanda tsunami dahsyat yang disebabkan oleh letusan Gunung Krakatau. Bencana alam ini menghancurkan kehidupan dan infrastruktur di kawasan tersebut, meninggalkan dampak yang mendalam pada masyarakat dan ekonomi lokal.

2. Perlawanan Terhadap Kolonial Hindia Belanda

Cilegon menyaksikan dua peristiwa penting dalam perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Pada tahun 1850, terjadi Geger Cilegon yang merupakan salah satu bentuk perlawanan rakyat terhadap kekuasaan kolonial. Perlawanan ini terulang lagi pada tahun 1888, mencerminkan semangat perjuangan lokal melawan penindasan kolonial.

3. Pertempuran Jepang vs Sekutu dalam Perang Dunia II

Selama Perang Dunia II, pada Februari-Maret 1943, Cilegon menjadi lokasi pertempuran antara pasukan Jepang dan Sekutu. Pertempuran ini merupakan bagian dari konflik yang lebih besar dan berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.

4. Perluasan Pabrik Baja Krakatau Steel (31 Agustus 1970)

Tanggal 31 Agustus 1970 menandai penetapan perluasan pabrik baja Krakatau Steel di Cilegon. Keputusan ini adalah tonggak penting dalam transformasi ekonomi Cilegon, yang menjadikannya pusat industri baja dan mengubah wajah ekonomi lokal.

5. Pembentukan Tim Pembebasan dan Penetapan Luas Lahan (7 Maret 1973)

Pada 7 Maret 1973, pemerintah membentuk tim pembebasan lahan dan menetapkan luas lahan yang akan dibebaskan untuk pengembangan industri. Langkah ini adalah bagian dari upaya untuk mengakomodasi ekspansi industri yang semakin pesat di kawasan tersebut.

6. Ganti Rugi dan Relokasi Penduduk (14 September 1973)

Sebagai bagian dari proses industrialisasi, pada 14 September 1973, dilakukan ganti rugi dan relokasi terhadap penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan. Proses ini merupakan upaya untuk meminimalisir dampak sosial dari pembangunan industri besar di kawasan tersebut.

7. Transformasi Menjadi Kawasan Industri (1975 dan seterusnya):

Setelah serangkaian peristiwa tersebut, mulai tahun 1975 dan seterusnya, Cilegon mengalami transformasi signifikan menjadi kawasan industri. Ini mencakup pengembangan berbagai fasilitas industri dan memposisikan Cilegon sebagai salah satu pusat industri penting di Indonesia.

Namun, di balik perkembangan industri yang pesat, terdapat isu sosial yang mencuat. Terutama, ada kebijakan yang melarang keturunan eks pemilik lahan untuk bekerja di kawasan industri. Kebijakan ini menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran tentang keadilan dan kesempatan bagi masyarakat yang terdampak oleh perubahan besar ini.

Transformasi Cilegon dari daerah yang pernah dilanda bencana dan konflik menjadi pusat industri yang berkembang pesat mencerminkan dinamika sejarah dan ekonomi yang kompleks. Meskipun terdapat kemajuan signifikan, tantangan terkait hak dan keadilan bagi masyarakat lokal tetap menjadi perhatian penting dalam proses pembangunan. (Red)