Wilayah Tangsel dan Tangerang Jadi Sarang Polusi, Dari Mana Sumbernya?

856

proyek-penanganan-banjir-di-km-8-tol-pondok-aren-serpong-tangerang-selatan-3_43Tangerang Selatan dan Tangerang, Banten, menjadi dua wilayah kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia, bahkan beberapa kali melebihi DKI Jakarta. Menurut aplikasi penyedia data dan kualitas udara, Nafas Indonesia, hal itu diduga berasal dari dua sumber, yakni hyperlocal dan lintas batas. Apa maksudnya?

Co-Founder Nafas Indonesia, Piotr Jakubowski, mengatakan bahwa hyperlocal adalah sumber polusi yang berasal dari wilayah tercemar alias lokal, sementara lintas batas berasal dari wilayah lain di luar lokasi tercemar.

“Sumber hyperlocal adalah sesuatu yang terjadi di dekat lokasi kita, misalnya kawasan industri, mobil dan motor, pembakaran sampah oleh masyarakat, dan pabrik-pabrik yang emisinya tinggi,” papar Piotr kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/8/2023).

“Sementara, lintas batas artinya mungkin daerah yang lain ada banyak sumber polusi. Lalu, polusinya ditiup angin dan datang ke daerah tertentu. Jadi, lintas batas datang dari luar,” imbuhnya.

Aplikasi penyedia data dan kualitas udara, Nafas Indonesia, telah melakukan pemantauan kualitas udara selama dua tahun di wilayah sekitar Tangerang Selatan dan Tangerang, yakni Alam Sutera, Gading Serpong, Ciater, Legoso, dan Serpong. Hasilnya, rata-rata kualitas udara di wilayah tersebut tergolong tidak sehat.

Piotr mengatakan, terdapat perbedaan signifikan terkait sumber polusi di Tangerang Selatan bagian utara dan selatan. Namun, pihaknya tidak dapat menentukan secara spesifik karena diperlukan studi lebih lanjut.

“Kita tidak bisa berasumsi (terkait sumber polusi). Jadi, kami sarankan untuk dilakukan penelitian guna mengetahui Tangerang Selatan polusinya datang dari mana, bisa dari sumber hyperlocal atau lintas batas,” kata Piotr.

“Sebab, di atasnya Tangerang Selatan ada daerah industrial juga, kan, di Tangerang. Jadi, Nafas tidak mau berasumsi. Kita sarankan untuk menjalankan studi agar bisa benar-benar menemukan apa sumber polusi tinggi ini,” lanjutnya.

Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, wilayah Gading Serpong, BSD, dan Cisauk memiliki kualitas udara yang buruk. Terlebih, ketiga wilayah tersebut sedang melakukan pembangunan secara masif sehingga banyak truk berlalu-lalang. Selain itu, volume kendaraan di ketiga wilayah tersebut juga cukup tinggi.

Berkaitan dengan hal tersebut, Piotr mengaku bahwa tingginya mobilitas kendaraan dan pembangunan dapat menjadi salah satu faktor tingginya polusi di Tangerang Selatan dan Tangerang.

“Itu (pembangunan dan volume kendaraan bermotor) bisa (menjadi penyebab polusi). Jadi itu masuk ke dalam kategori sumber hyperlocal,” kata Piotr.

“Sumber hyperlocal di Tangerang Selatan itu bisa datang dari konstruksi, bisa datang dari jumlah truk yang banyak masuk. Itu bisa. Namun, kalau kita ingin menentukan itu adalah penyebab terbesar, harus menjalankan studinya,” paparnya.

Berdasarkan catatan aplikasi Nafas Indonesia, rata-rata kualitas udara di Tangerang Selatan dan Tangerang masuk dalam kategori ‘tidak sehat’, yakni dengan rentang nilai 101-199. Dengan demikian, masyarakat sekitar diimbau untuk mengurangi aktivitas di luar rumah dan menggunakan masker.

“Ketahui data kualitas udara di luar ruangan dan pakai masker N95. Itu adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga kesehatan,” tegas Piotr.