BMKG Ingatkan Gempa Dahsyat Turki Bisa Menimpa RI

307

images (20)

Gempa bumi yang menewaskan puluhan ribu warga di Turki perlu menjadi refleksi penting bagi Indonesia. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan bahwa gempa dahsyat yang telah meluluantahkan Turki itu juga bisa berpotensi terjadi di Indonesia.

Dwikorita menjelaskan kemungkinan itu bisa saja terjadinya karena Indonesia merupakan wilayah rawan terjadi gempa yang dipicu sesar aktif. Gempa Turki, kata dia, mengingatkan banyak negara bahwa sesar aktif dengan pergerakan geser mendatar (strike slip) yang terjadi di darat dapat menyebabkan kejadian gempa katastrofik dan kompleks.

“Gempa bumi di Turki Magnitudo Momen (Mw) 7,8 sanggup memecahkan seluruh segmen sesar Anatolia Timur (6 segmen: Turkoglu, Golbasi, Yarpuzlu, Lakehazar, dan Gorzali) sepanjang 300 km,” ungkap Dwikorita dalam Focus Group Discussion (FGD) di Jakarta, dikutip dari Rilis BMKG Sabtu (25/2/2023).

“Fenomena ini memberikan warning bagi kita yang ada di Indonesia, untuk mewaspadai adanya potensi gempa multi-segmen yang sangat mungkin terjadi. Fenomena serupa pernah terjadi di Pulau Lombok tahun 2018 yang diguncang 5 (lima) gempa kuat dalam waktu tiga minggu dengan magnitudo Mw 6,4, Mw 7,0, Mw 5,9, Mw 6,2, dan Mw 6,9,” lanjutnya.

Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa saking besarnya gempa tersebut,kejadi itu dapat “memecahkan” hampir seluruh segmen Sesar Anatolia Timur, juga memicu gempa di jalur sesar lain, yaitu sistem sesar Sürgü di sebelah barat-nya yang terpicu hingga terjadi gempa dengan magnitudo Mw 7,5 dan Mw 6,0.

Akibatnya, dampak yang ditimbulkan memperparah tingkat kerusakan bangunan yang sudah terdampak dan memperluas zona kerusakan akibat gempa.

“Karakteristik zona sesar utama yang dikelilingi oleh sesar-sesar lainnya juga banyak terdapat di Indonesia seperti di zona Sesar Cimandiri, Sesar Semangko, Sesar Palu Koro, Sesar Aceh-Seulimeum, Sesar Kawa dll,” jelasnya.

Dalam kesempatan ini, dia juga memaparkan bahwa Gempa bumi di Turki terjadi di wilayah yang dekat dengan pusat perkotaan dan kota-kota besar di south-central Turki. Gempa terjadi dekat dengan kota-kota besar termasuk di Provinsi Adıyaman, Kilis, Osmaniye, Gaziantep, Malatya, Şanlıurfa, Diyarbakır, Adana, dan Hatay, yang menjadi tempat tinggal bagi populasi 13,5 juta orang. Adapun kerusakan terparah terjadi di kota provinsi Hatay, Kahramanmaras, Gaziantep, Adiyaman, dan Malatya.

“Karenanya para pakar dalam FGD tersebut merekomendasikan perlu perhatian khusus bagi sesar-sesar aktif yang melalui wilayah pemukiman padat penduduk dekat kota-kota besar, seperti Sesar Besar Sumatera, Sesar Lembang, Sesar Opak, Sesar Palu-Koro, dll,” lanjutnya.

Untuk itu, Dwikorta menyimpulkan bahwa kejadian ini harus menjadi pembelajaran penting bagi Indonesia. Berkaca dari sini, salah satu hal yang perlu dilakukan Indonesia adalah penguatan sistem mitigasi gempabumi. Di antaranya dengan Penguatan/ Pengembangan Studi/Kajian/Riset dan Teknologi ; Penguatan Sistem Monitoring Kegempaan secara Kontinu dan Komprehensif ; dan, pemutakhiran/ Pengembangan Peta Bahaya Gempabumi (Seismic Hazard Map).

Tidak hanya itu, Dwikorta menilai Indonesia juga perlu melakukan penguatan Kajian Getaran Tanah (Ground Motion) ; Memperhatikan Konstruksi Bangunan Tahan Gempa dengan Building Code ; Penegakan Peraturan Pendukung Sistem Mitigasi Gempabumi ; serta Edukasi, Literasi, Advokasi secara inklusif dan berkelanjutan.