Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) tampaknya masih memiliki PR besar terkait penataan pedagang pasar. Revitalisasi yang pernah di gembar – gemborkan tahun 2019 lalu nampaknya tidak berhasil.
Bahkan kini pemandangan semakin semrawut pedagang semakin melebar keluar area pasar.
Padahal rencana dinas perindustrian perdagangan sebelumnya ingin mengembalikan para pedagang yang berjualan di sepanjang bantaran kali pintu masuk pasar kedalam hanggar yang telah dibangun dengan menggunakan anggaran APBD.
Justru yang terjadi saat ini, pedagang kembali berjualan disepanjang bantaran kali pintu masuk pasar.
Bahkan di bagian belakang pasar, para pedagang semakin melebar hingga ke arah lingkungan Kubang Laban kelurahan Panggung rawi.
Menanggapi kondisi itu, Ketua Fraksi Berkarya Dimas Saputra menyayangkan kondisi yang semakin tidak tertata. Selain, semrawut, para pedagang sudah liar dan tidak terfokus pada area pasar itu sendiri.
“Saya sudah sampaikan pada Kepala dinas beberapa hari lalu untuk kembali menata pasar, karena jika dibiarkan maka akan semakin liar,” katanya.
Lebih lanjut Dimas menyampaikan, banyak hal yang mungkin bisa terjadi jika terjadi pembiaran. seperti bocornya retribusi dan banyaknya pungli untuk melindungi para pedagang nakal.
“Ya jelas, banyak hal yang tidak diinginkan jika tidak segera diatasi, seperti pungli dan lainnya,” tuturnya.
Oleh karena itu, Dimas akan segera memanggil dinas terkait, seperti, Indag, LH, Dishub, PU dan Pol PP untuk dimintai penjelasan apa yang menjadi kendala sehingga pasar semakin hari semakin tak terkendali.
“Saya akan melakukan komunikasi dengan ketua komisi untuk segera melakukan rapat dengar pendapat terkait persoalan pasar, ujamya pasar Kranggot,” tutupnya.
Pasar Kranggot merupakan pasar tradisional terbesar se-Asia tenggara dengan luas sekitar 4.500 m2, dan jumlah pedagang los serta emprakan sekitar 1000 pedagang lebih. (Wan)