Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, fasilitas kesehatan (faskes) dan tenaga kesehatan (nakes) tidak akan siap bila terjadi lonjakan kasus Covid-19 dalam klaster Pilkada Serentak 2020.
“Kalau kita merujuk pada melakukan hal yang sama ketika positivity rate tinggi ya kita harus siap. Tapi jelas faskes kita tidak siap, nakes kita tidak akan siap. Sudah kelelahan terlalu lama. Ini kita sama saja menempatkan diri kita pada posisi terpuruk di tambah dengan keramaian Petamburan, demo, dan sebagainya,” kata Dicky, Sabtu (21/11/2020).
Dia menjelaskan, pelaksanaan Pilkada serentak di 270 daerah pada 9 Desember 2020 mendatang akan memperburuk situasi pandemi Covid-19 di Tanah Air.
Menurut Dicky, pemerintah tidak mempunyai argumen yang kuat dengan memaksakan pesta demokrasi di daerah dilakukan saat pandemi Covid-19. “Tidak ada argumen yang kuat untuk serangkaian Pilkada atau keramaian lain yang termasuk libur panjang,” ujarnya.
Dicky mengingatkan bahwa kurva gelombang pertama pandemi Covid-19 tak kunjung melandai selama sembilan bulan penyebaran virus corona di Indonesia.
Ia menambahkan, selama ini tidak berhasil melandainya kurva penyebaran Covid-19 karena masyarakat tidak merata dalam memahami pentingnya memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, hingga menjaga jarak antarsesama.
Selain itu, banyak daerah juga tidak memahami pentingnya pengendalian kasus Covid-19 dengan menerapkan tracing, testing, dan treatment.
Dicky mendorong pemerintah mengantisipasi potensi lonjakan kasus klaster Pilkada serentak guna mencegah peristiwa pandemi Covid-19 yang melonjak di Amerika Serikat saat menggelar Pilpres.
“Sesuai dengan studi epidemiologi yang makin banyak itu akan memperburuk situasi pandemi walaupun dilakukan dengan protokol kesehatan. Karena antara laju penyebaran dengan adanya keramaian walaupun melakukan 3M sekaligus tidak akan terkejar,” tuturnya.
(Erha)