Menurutnya, nepotisme jelas terlihat dimana Maman Mauludi adalah adik kandung dari Wali Kota Cilegon Edi Ariyadi saat ini.
Ismatullah mengungkapkan, praktek nepotisme di Cilegon bukan sesuatu yang aneh lagi, bahkan bisa dikatakan sudah biasa.
“Jabatan sekda itu paling basah dan strategis. Tidak heran jika kemudian posisi itu ditempati adik dari Wali Kota Cilegon sendiri,” kata Ismat.
Ismat juga menilai, selama ini kesempatan jenjang karie tidak lagi dilihat dari kompetensi yang dimiliki ASN. Diduga sejak dulu, siapa pun yang menjadi pendukung Wali Kota akan cepat mendapatkan promosi.
“Efeksnya sekarang bisa dilihat. Alasan Maman lebih berkopeten dilihat dari riwayat hidupnya, dibanding ASN lainnya. Padahal memang jabatan strategis di Pemkot Cilegon hanya diisi oleh orang-orang tertentu yang berada dalam lingkaran penguasa saja,” kata Ismat.
Praktek nepotisme dalam bentuk dinasti sudah berjalan sejak lama. Edi Ariyadi seperti mengikuti jejak dua Wali Kota Cilegon terdahulu untuk membangun dinasti.
Pak Edi berpasangan dengan Pak Iman itu kan cukup lama, apalagi sempat menjadi sekda saat Aat Safaat menjabat. Jika masih dalam lingkaran yang sama, tentu pembentukan dinasti akan terlihat jelas,” kata Ismat.
Ismat menduga, penempatan Maman sebagai sekda bisa saja ada maksud dalam penyelenggaraan Pilkada Cilegon, dimana salah satu tanggungjawab sekda adalah menyukseskan pelaksanaan pilkada.
“Sayangnya penempatan Maman ini sangat mengkhawatirkan tidak netral. Mengingat Bu Ati yang cuti sebagai Wakil Wali Kota Cilegon maju dalam pilkada,” kata Ismat.
Ismat sangat menyayangkan Edi Ariyadi mememilih adiknya sebagai sekda. Orang akan berpikir bahwa ada praktek nepotisme.
“Dinasti dan nepotisme bisa merugikan ASN lainnya yang terhalang mendapatkan promosi jabatan. Jika sudah begini, Cilegon ya tidak akan bisa berkembang dan jalan ditempat,” kata Ismat. (Ant/red)