Pertamina Gelontorkan  USD 90 Miliar Bangun Infrastruktur Hulu Migas dan Kilang

4714
images
Di usia Kemerdekaan RI yang ke 75, PT. Pertamina terus berkomitmen menerapkan nilai utama BUMN yakni Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif (AKHLAK). Sebagai bukti, Pertamina
terus menerapkan investasi berkelanjutan. Hingga tahun 2026, Pertamina mengalokasikan investasi USD 90 miliar untuk memastikan peningkatan produksi hulu migas, kapasitas dan kapabilitas kilang serta pembangunan infrastruktur migas lainnya.
Dalam pelaksanaan investasi tersebut, Pertamina menekankan pentingnya Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi demi mendukung pengembangan industri nasional.  Hal inilah yang menjadikan TKDN dalam proyek Pertamina dalam 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan.
“Sesuai hasil audit BPKP tahun 2018, TKDN Pertamina mencapai 38,17% dan naik menjadi 43,16% pada tahun 2019. Sementara sesuai prognosa triwulan 1 2020, TKDN Pertamina mencapai 52,20%,” ujar Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, dalam Siaran Pers, Selasa (18/8/2020).
Menurut Nicke, mendayagunakan sumber daya domestik telah memberi peluang penyerapan tenaga kerja yang sangat besar di berbagai sektor. Tercatat sebanyak 1,2 juta tenaga kerja telah terserap dalam pengembangan B30 dan akan semakin meningkat sejalan dengan pengembangan green energy berbahan baku minyak nabati dalam negeri. Pada megaproyek kilang Pertamina yang memiliki TKDN rata-rata di atas 30 persen, menyerap sekitar 170 ribu tenaga kerja serta memberikan multiplier effect hingga sekitar 3 juta tenaga kerja. Dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ini, Pertamina juga menggelar konser musik online bertajuk Berbagi Berkah HUt 75 RI di aplikasi mypertamina pada Jumat malam pekan ini.
Pertamina juga komimen kuat untuk membangun New Pertamina Clean, Pertamina Bersih yang penuh integritas.  Komitmen itu secara tegas tercatat dalam Piagam New Pertamina Clean yang ditandatangani oleh seluruh Dewan Direksi dan Komisaris Pertamina, sejalan dengan implementasi ISO 37001:2016 tentang Sistem Manajemen Anti Penyuapan di perusahaan. Tata nilai Clean Pertamina, yaitu mengelola perusahaan secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas, serta berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
Ditegaskan Nicke, Pertamina juga terus melayani kebutuhan energi di seluruh penjuru negeri, bahkan hingga wilayah terdepan, terluar dan terpencil (3T). Komitmen ini dipegang teguh Pertamina demi mewujudkan distribusi energi yang berkeadilan.
Hingga tahun 2019, Pertamina telah membangun 161 titik BBM Satu Harga dan ditargetkan bertambah 83 titik pada tahun 2020. Program BBM Satu Harga telah mendorong produktifitas masyarakat di wilayah 3T, biaya distribusi yang turun serta mendorong harga kebutuhan pokok menjadi lebih terjangkau.
Pada saat yang sama, Pertamina telah membangun dan siap mengoperasikan 500 unit Pertashop di 23 provinsi dan ditargetkan hingga akhir tahun berjumlah  4.308 unit di 2.376 kecamatan di seluruh Indonesia. “Pelayanan Pertamina akan terus ditingkatkan sehingga semakin dekat dengan masyarakat desa,” ujar Nicke.
Dalam konteks pengolahan energi, Pertamina tengah menuntaskan megaproyek RDMP dan GRR untuk meningkatkan kapasitas kilang dari 1 juta barel menjadi 1,8 juta barel. Harapannya, seluruh kebutuhan BBM dalam negeri nantinya akan disuplai oleh kilang sendiri, tanpa ketergantungan impor. Pembangunan infrasruktur distribusi energi juga terus ditingkatkan untuk mengamankan pasokan energi, mulai dari TBBM, perkapalan, pipa distribusi, depot LPG hingga SPBU sebagai etalase energi negeri.
Dengan berbagai langkah perbaikan, Pertamina juga menjadi bagian lokomotif pembangunan nasional. Dengan perolehan laba bersih Pertamina di tahun 2019 sebesar USD 2,53 miliar atau setara Rp 35,8 triliun telah memberikan kontribusi kepada Negara sebesar Rp181,5 triliun.
Kontribusi tersebut terdiri dari setoran pajak dan dividen 2019 Rp136,6 triliun (meningkat 13% dari 2018), setoran dividen tunai sebesar Rp 8,5 triliun (meningkat 7% dari 2018), kontribusi dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) kegiatan hulu migas dan geothermal  Rp 43,7 triliun serta serta Signature Bonus sebesar Rp 1,2 triliun seiring perolehan wilayah kerja baru di anak perusahaan hulu migas Pertamina. Pada sisi lain, Pertamina juga telah berhasil melakukan penghematan devisi negara sebesar Rp109 triliun,  dengan melakukan upaya penurunan impor crude sebesar 35% dan impor produk sebesar 11%,” terang Nicke.
Pandemi Covid-19 ini juga mendorong Pertamina mempercepat inovasi di bidang energi. Pertamina telah menetapkan pengembangan energi baru terbarukan untuk mewujudkan green energy untuk mendukung Indonesia sehat, bersih dan  ramah lingkungan.
Sebagai pilot project, Pertamina telah berhasil memproduksi 1.000 barel per Green Diesel (D-100) di Kilang Dumai dengan Cetane Number 78, lebih tinggi dibandingkan produksi perusahaan migas dunia. Inovasi Green Energy terus dikembangkan dengan target 6.000 barel per hari pada Biorefinery Cilacap serta 20.000 barel per hari di Biorefinery Plaju dengan 100%  berbahan baku minyak nabati.
Keberhasilan D100 tak lepas dari sinegri Pertamina bersama Institut Teknologi Bandung (ITB), yang telah berhasil mengembangkan inovasi katalis merah putih sebagai bahan utama dalam pengolahan green energy. Inovasi ini terus dikembangkan bersama sinergi BUMN untuk mewujudkan  pabrik katalis merah putih pertama di Indonesia.
Melalui sinergi BUMN, Pertamina juga berinovasi melakukan regasifkasi batubara menjadi DME (Dimetil Eter) serta Methanol untuk mendukung produksi LPG dalam negeri. Pertamina mengalokasikan Investasi sekitar US$2,5 miliar untuk membangun pabrik DME di 4 lokasi sehingga bisa kebutuhan LPG dari dalam negeri, tidak tergantung impor.
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menilai, sudah banyak capaian positif yang diraih Pertamina. Di bawah Nicke, Pertamina tetap berkinerja baik meski dihadang pandemi Covid-19 dan pelemahan ekonomi. Juga, berhasil menyelesaikan program penting dengan capaian yang positif. Sepanjang 2019 saja, Pertamina melalui anak usahanya PHE Jambi Merang telah menyelesaikan survey siesmik laut regional 2D di wilayah terbuka sepanjang 23.063 km dimana itu merupakan survey seismic terbesar di Asia Pasifik dimana diharapkan bisa mendapatkan giant discovery.
Sektor hilir juga berhasil dimana program BBM Satu Harga sudah mencapai 161 titik daerah 3 T di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, program bio solar juga telah dilaksanakan dengan maksimal bahkan saat ini sudah mencapai B30 dimana lebih cepat dari target yang ditetapkan.
Mamit menambahkan Pertamina berhasil membangun infrastruktur di Indonesia Timur seperti 21 lokasi storage TBBM, 8 storage LPG dan 7 storage avtur dimana bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan energi di wilayah Timur Indonesia. Juga, tetap menjalankan program GRR dan RDMP yang di tugaskan oleh Pemerintah.
Selain itu,sejak Maret 2019 Pertamina berhasil untuk menghentikan impor Avtur dan April 2019 bisa menghentikan impor solar. Pertamina juga mampu menurunkan impor sejumlah 35 persen sehingga mengurangi deficit transaski berjalan sektor migas yang selama ini cukup besar selisihnya. (Dedi)