Boleh jadi, belum banyak yang tahu jika para pembuat film dokumenter atau dokumentaris di Indonesia telah memiliki organisasi profesi yang menaungi mereka. Ya, organisasi itu bernama Asosiasi Dokumenteris Nusantara (ADN).
Dideklarasikan di Rumah Dokumenter, Klaten, 17 September 2019 silam, Asosiasi Dokumenteris Nusantara memiliki mandat untuk mempersatukan para pembuat film dokumenter se-Nusantara.
Menindaklanjuti mandat tersebut, Rabu, 18 Desember 2019 lalu, bertempat di Winner Coffe Cikini, Jakarta, para pembuat film dokumenter yang berdomisili di wilayah Jabodetabek pun berkumpul. Mereka mendeklarasikan ber Asosiasi Dokumenteris Nusantara (ADN) Korda Jabodetabek, dan mengangkat Dosy Omar sebagai ketuanya.
Korda ADN seperti di Jabodetabek tadi bersifat semi otonom. Ia berinduk pada Asosiasi Dokumenteris Nusantara, namun berhak membuat berbagai kegiatan untuk peningkatan kompetensi anggota hingga membuat kegiatan yang tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas karya para anggotanya.
Asosiasi profesi ini dibuat sebenarnya juga berkaitan dengan sertifikasi profesi yang merupakan syarat bagi para pekerja film dalam berkarya. SKKNI bidang film dokumenter telah disahkan dalam Konvensi Nasional SKKNI Bidang Perfilman di Bali, 8 Agustus 2019 silam. Ke depan, asosiasi inilah yang akan mengawal Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia bidang film dokumenter.
Tony Trimarsanto, Ketua Umum ADN yang hadir dalam deklarasi ADN Korda Jabodetabek menyampaikan, deklarasi ini diharapkan dapat memberi inspirasi kepada para pembuat film dokumenter yang ada di berbagai daerah untuk segera menyusul mendeklarasikan kordanya.
Apalagi target kepengurusan nasional ADN dalam satu tahun ini adalah menyelenggarakan kongres pertama Asosiasi Dokumenteris Nusantara yang diikuti oleh perwakilan korda ADN yang sudah terbentuk.
Sementara Erlan Basri, Sekjen ADN menerangkan, selama ini para pembuat film dokumenter yang tersebar di penjuru negeri, satu sama lain telah saling mengenal namun belum membentuk ikatan kebersamaan dalam bentuk organisasi.
Melalui ADN inilah, selain diharapkan bisa menjadi rumah bersama bagi pembuat film dokumenter Indonesia juga bisa menjelma sebagai gerakan untuk memberikan literasi tentang film dokumenter bagi masyarakat.
“Perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas bahwa ada profesi khusus pembuat film dokumenter yang disebut dokumenteris, yang bekerja penuh dedikasi dan tanggung jawab dalam mengangkat fakta dan realita menjadi karya film yang bermuatan nilai-nilai pembelajaran hidup,” terang Erlan.
Untuk diketahui, banyak sineas besar Indonesia yang lahir dari film dokumenter. Dalam struktur keanggotaan Asosiasi Dokumenteris Nusantara ini, mereka dijadikan anggota kehormatan, seperti Garin Nugroho, George Kamarullah, Karsono Hadi dan nama-nama besar lainnya yang sangat mengapresiasi para pembuat film dokumenter Indonesia. (Rils)