PT Krakatau Steel (KS) diisukan akan masuk dalam holding PT Inalum, salah satu perusahaan tambang milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kabarnya, langkah ini dilakukan Kementerian BUMN untuk menyelamatkan PT KS dari dampak piutang terlalu tinggi.
Jika rencana tersebut terlaksana, maka Inalum akan memiliki 4 anak perusahaan. Yakni PT KS, PT Aneka Tambang (Antam), PT Timah (TINS) dan PT Bukit Asam (BA).
Direktur Utama PT KS Silmy Karim saat dikonfirmasi membenarkan adanya wacana tersebut. Ia mengatakan, jika hal tersebut terjadi maka akan ada banyak hal positif yang dapat terjadi.
“Itu akan banyak sekali sinerginya. Misalnya, dalam konteks batu bara, di situ ada Bukit Asam. Terus nanti Antam dan lainnya bisa mengakuisisi atau mengambil tambang biji besi, sehingga kami sourching-nya jadi lebih mudah. Karena perusahaan baja di dunia itu memang ada support tambangnya,” katanya usai mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT KS, di Gedung CIMB Niaga, Jakarta, Jumat (26/4/2019).
Silmy mengatakan, integrasi perusahaan dengan Inalum pada dasarnya memang langkah ideal. Ia menilai, masuknya PT KS pada holding tambang bukan hanya sebagai misi penyelamatan kinerja keuangan, tapi juga memperkuat holding itu sendiri.
“Idealnya memang seperti itu, karena ini bagian dari proses dari hulu sampai hilir. Yakni dari tambang terus kemudian smelter, lalu proses hilirisasi sampai menjadi produk baja,” ujarnya.
Silmy mengungkapkan, pembicaraan terkait integrasi ini pun sebenarnya sudah dilakukan. Hanya saja ia menyerahkan seluruh prosesnya kepada Kementerian BUMN.
“Saya fokus pada restrukturisasi dulu. Holding itu kan kewenangan Kementerian BUMN. Ini memang sudah ada omongan, cuma sekarang omongan itu kan ada prosesnya. Kewenangannya bukan ada di saya,” tuturnya.
Sementara itu, berdasarkan informasi dari laporan keuangan 2018 PT KS, perusahaan baja ini memang masih menderita kerugian yang besar. Meskipun tren kerugian tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Rugi bersih PT KS di 2018 senilai 74,82 juta dolar Amerika atau Rp 1,05 triliun. Nilai kerugian ini menurun dibandingkan 2017 senilai 81,74 juta dolar Amerika. Selain itu, PT KS mencatatkan kenaikan pendapatan 20 persen menjadi 73 miliar dolar Amerika, sementara di 2017 tercatat sebesar 1,44 miliar dolar Amerika.
Tantangan terbesar PT KS adalah utang sepanjang 2018 yang tercatat 2,49 miliar dolar Amerika. Jumlah ini mengalami kenaikan 10,45 persen dibandingkan 2017 sebesar 2,26 miliar Amerika.
Sementara itu, Direktur Produksi dan Teknologi PT KS Djoko Muldjono enggan berkomentar banyak terkait rencana holding company PT KS dengan PT Inalub.
Djoko yang baru saja dipercaya menggantikan Wisnu Kuncoro karena terciduk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu lalu, mengaku ingin lebih fokus pada isu-isu strategis divisinya.
”Wah, kalau saya sih pastinya akan patuh pada kebijakan perusahaan. Saya ingin lebih fokus pada bidang baru saya ini saja,” ujar mantan Direktur PT Krakatau Daya Listrik (KDL) ini. (AH)