Bidik Banten – Opshid Media meluncurkan Film WAGE, yang mengeksplorasi perjalanan kepahlawanan Wage Supratman dalam menelurkan lagu-lagu seperti lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu lainnya untuk terus mengenang jasa beliau sebagai pahlawan dan dapat meneladani aksi-aksi kepahlawanan Wage Supratman dalam akvititas kekinian sebagai generasi milenial.
Pemikiran pembuatan film WAGE, menurut Ivan Nugroho, Direktur PT. OPSHID Media Untuk Indonesia Raya berdasarkan pada pemikiran bahwa apresiasi yang disematkan untuk pahlawan Wage Supratman tidak berbanding lurus dengan jasa besar beliau untuk bangsa Indonesia. “Maka film tentang Wage Supratman dibuat sebagai sepantas-pantasnya penghargaan untuk beliau, yang juga ditujukan sebagai pelurus sejarah mengenai kisah hidupnya” kata Ivan.
Selain itu, dia berpendapat bahwa kunci menuju bangkitnya bangsa Indonesia, tertutama generasi muda atau milenial, adalah kembali ke jati diri bangsa. “Ada banyak nilai-nilai luhur jati diri bangsa yang terkandung di dalam lagu Indonesia Raya, dan juga proses sang komponis Wage Supratman untuk mewujudkannya. Dengan mengemas nilai-nilai luhur tersebut dalam media film WAGE, diharapkan dapat menjadi pemicu untuk membangkitkan rasa cinta tanah air serta moral luhur bangsa Indonesia, mengeksplorasi rasa kebangsaan dan Keindonesiaan dalam konteks anak muda, ujar Direktur Opshid Media ini.
Selain itu, ia menambahkan, Bangsa Indonesia secara general, khususnya pemuda-pemudinya harus mengetahui kisah para pahlawan seperti WAGE dan sejarah dibalik suatu peristiwa besar seperti Sumpah Pemuda. Selain itu, sosok WAGE yang juga seorang pemuda, diharapkan bisa membangun korelasi antar sesama pemuda Indonesia untuk mewujudkan visi misi yang sama, katanya.
Dalam proses produksinya, seleksi yang cukup ketat dilakukan untuk aktor dan peran lainnya. Kami seleksi dengan melakukan riset serta pembedahan yang menyeluruh, untuk memastikan bahwa karakter tidak jatuh pada pemeran yang kurang tepat, mengingat minimnya data mengenai tokoh-tokoh seperti WAGE itu sendiri, ujar Ivan.
Proses pemilihan aktor untuk peran WAGE pun tidak didasarkan pada besarnya nama yang dimiliki sang aktor, maupun banyaknya kecocokan kualifikasi secara teknis antara peran dan pemeran. Aktor terpilih untuk peran WAGE dipilih berdasarkan potensinya, baik di bidang seni peran maupun caranya untuk eksplorasi karakter.
Demikian halnya dengan proses produksi, juga berada dalam supervisi dari eksekutif produser, untuk memastikan jalannya film tidak melenceng dari visi misi OPSHID yang asli.
Ivan menjelaskan bahwa pesan-pesan perjuangan bukanlah sesuatu yang klasik. Pesan-pesan perjuangan masih dapat diaplikasikan, sekalipun di masa sekarang yang serba modern. “Rasa cinta tanah air harus dipertahankan bahkan hingga setelah bangsa Indonesia merdeka, karena itulah satu-satunya benteng yang melindungi Indonesia dari kehancuran. Seperti WAGE, rasa cinta tanah airnya lah yang akhirnya menuntunnya pada takdir besar bangsa Indonesia, imbuh Ivan bersemangat.
Selain itu, wujud perjuangan WAGE juga merupakan satu hal yang perlu digarisbawahi. WAGE mengajarkan kepada kita bahwa tak semua perjuangan harus melalui pertumpahan darah, tapi juga dapat melalui seni dan karya. Hal itu perlu dipantenkan sebagai dasar utama generasi muda dalam menekuni bidang seni, yaitu berkarya untuk negeri.
Di sisi lain, adalah proses terciptanya mahakarya Indonesia Raya yang dikukuhkan oleh ketekunan, pantang menyerah, serta rendah hati WAGE itu sendiri. Dibalik daya magis yang ada di dalam lagu Indonesia Raya, terdapat daya berkat rahmat Allah di dalamnya, dan WAGE mendasari serta menyerahkan semua itu sepenuhnya pada hal tersebut. Ia tak mendasarkan semua itu mutlak pada dirinya sendiri, tetapi juga pada Allh yang kuasa atas segalanya.
Terkait dengan target penonton, Opshid Media mematok angka minimal 1 juta penonton. Hal tersebut dilihat bukan dari segi money oriented, tetapi memang karena pada dasarnya Opshid Media memiliki visi misi yang harus disampaikan kepada publik, sehingga semakin banyak yang menonton semakin baik.
Untuk investasi produksi total dari film WAGE, Ivan menghabiskan dana sekitar 16 Miliar Rupiah. Dana tersebut selain produksi Film juga digunakan untuk riset dan biaya pemasaran yang besar. Edukasi dan pesan yang ingin disampaikan harus jelas dan tepat ke sasaran, katanya.
Karena pasarnya adalah generasi milenial, Ivan pun memanfaatkan sosial media yang sering digunakan para pemuda, untuk menyebarkan konten-konten bermutu bernada kebangsaan, yang bersifat good news dan membangun. Bukan mengarah pada provokasi yang kurang baik, katanya.
Selain itu, Opshid Media juga terus mengemas konten-konten tersebut semenarik mungkin, dan selipkan propaganda-propaganda serta ajakan untuk menonton film WAGE.
Ivan menegaskan bahwa Film ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk masyarakat Indonesia serta untuk tanah air Indonesia itu sendiri. Selain sebagai film kebangsaan yang mempelopori bangkitnya rasa cinta tanah air di hati bangsanya, juga sebagai pelurus suatu peristiwa sejarah yang banyak melenceng.
Karena, imbuh Ivan, lahirnya lagu Indonesia Raya menimbulkan ketakutan besar pada kaum penjajah. Kami juga berharap lahirnya film WAGE ini dapat menjadi pemicu semangat cinta tanah air dan kiat untuk menghapuskan penjajahan dimanapun dalam bentuk apapun, .Tonton film WAGE, mari kembali ke jati diri bangsa untuk Indonesia Raya, katanya seraya berpromosi.