Bidik Banten – Generasi masa depan Indonesia dirasa perlu memahami sejarah bangsanya sendiri. Karena itu, generasi penerus bangsa dinilai tidak boleh dibohongi dan dibodohi oleh sebuah kepentingan suatu kelompok atau golongan tertentu.
“Kalau mereka tidak mengerti sejarah bangsa sendiri, mereka akan kesulitan membangun sejarah masa depan,” ungkap Ketua Panitia Kegiatan Nonton Bareng dan Seminar Film G-30S/PKI Tony Rasyid di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, kepada Republika.co.id, Sabtu (30/9).
Karena itulah, Tony merasa perlu mengundang tokoh sejarah yang hidup pada zaman pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam kegiatannya tersebut. Mereka dihadirkan untuk memberikan konfirmasi apakah film tersebut berisi kebohongan atau kebenaran.
“Karena anak bangsa itu tidak boleh dibohongi dan dibodohi. Mereka perlu diajak secara jernih dan objektif supaya bangsa ini dibangun dengan kejujuran,” terang dia.
Menurutnya, momentum saat ini dirasa tepat untuk membuat kegiatan itu karena konten di dalam film tersebut sedang dipermasalahkan. Jika ternyata terkonfirmasi ada ketidakjujuran pada film ini, kata dia, setidaknya untuk ke depan anak bangsa bisa diajak untuk lebih jujur.
“Kalau ternyata film ini sebuah kejujuran sesuai dengan fakta-fakta yang terkonfirmasi, jangan kemudian dibodohi mereka oleh sebuah kepentingan kelompok maupun golongan tertentu. Apa pun dan siapa pun,” kata dia.
Terkait seminar yang dilaksanakan, Tony menjelaskan, seminar tersebut ditujukan untuk mengonfirmasi terkait film yang dipersoalkan itu. Ia ingin memberikan penjabaran terkait validitas film tersebut.
“Apakah ini memiliki validitas yang perlu dipercayai sehingga (bisa) dijadikan keyakinan bangsa. Atau, perlu juga tidak dipercayai sehingga anak bangsa ini sepakat untuk merevisi terhadap film ini,” ujar dia.
Selain itu, Tony menyebutkan, tujuan dilakukannya seminar itu juga terkait dengan dinamika yang terjadi dengan film karya Arifin C. Noer itu. Soal apakah betul ada sebuah kebangkitan kelompok-kelompok gerakan komunis. “Itu yang kemudian kita tanya kepada orang yang ahli di bidang itu. Tentu ketika bicara, mereka punya data yang dapat dipertanggungjawabkan,” tuturnya. (Zaki)