Bahaya Industri Mengancam, BPBD Kota Cilegon Susun Kontijensi Bencana Kegagalan Teknologi

3714
Suasana Penyusunan Rencana Kontijensi Bencana Kegagalan Teknologi Yang Digelar Oleh BPBD Kota Cilegon Di Aula Bappeda. (Foto, BidikBanten)
Suasana Penyusunan Rencana Kontijensi Bencana Kegagalan Teknologi Yang Digelar Oleh BPBD Kota Cilegon Di Aula Bappeda. (Foto, BidikBanten)

CILEGON, (BidikBanten) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Cilegon menggelar kegiatan penyusunan kontijensi bencana kegagalan teknologi di ruang rapat Kantor Badan Perencacaan Daerah Kota Cilegon, Selasa (06/12/2016). Dalam kegiatan tersebut dihadiri sejumlah pihak terkait seperti pihak Kepolisian TNI serta dari kalangan pihak perusahaan.

Wakil Walikota Cilegon, Edi Ariadi mengatakan, pengelolaan mitigasi bencana ini tentunya akan menjadi agenda prioritas Pemerintah Kota Cilegon melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang salah satunya pengurangan resiko bencana atau pencegahan sebelum terjadi bencana kegagalan teknologi. “Kita harus siap siaga dalam segala apapun sebelum datangnya bencana, dan rencana kontijensi ini dilakukan apabila terdapat tanda-tanda dari sebuah bencana atau peristiwa bencana sudah terlihat atau terindikasi” katanya.

Lebih lanjut Edi menuturkan, selain Pemerintah Kota Cilegon, kegagalan teknologi tidak akan bisa lepas dari jumlah dan aktifitas industri yang berada didalamnya, dan industri menjadi pelaku kunci saat dilakukan penyusunan rencana kontijensi kegagalan teknologi. “Semua pihak terkait disini agar dapat terlibat langsung dalam kegiatan penyusunan rencana kontijensi, khususnya untuk bencana kegagalan teknologi” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Cilegon, Purwadi mengungkapkan, ada beberapa hal yang sangat mendasar menyebabkan industri miliki peran yang sangat penting saat penyusunan rencana kontijensi bencana kegagalan teknoogi. “jika kita inventarisir, akan terhitung lebih dari 75 pabrik kimia berjejer disepanjang pantai ciwandan hingga pantai merak dengan tingkat resiko yang berbeda-beda. “Setiap pabrik kimia harus memiliki proses dan sistem tanggap darurat, dan dapat menghidupkan kembali sistem tanggap darurat yang terintegrasi antar zona, baik di ciwandan, Kiec, maupun di daerah grogol dan pulomerak” tuturnya. (Red)