PANDEGLANG, (BidikBanten) – Hujan selama satu pekan berturut-turut yang mengguyur Kabupaten Pandeglang, telah mengakibatkan aliran sungai dibeberapa wilayah mengalami luapan. Sehingga dari luapan itu telah mengakibatkan delapan Kecamatan dijajah bencana banjir dengan ketinggian air rata 50 cm sampai 1,5 meter sejak, Senin (05/12/) sampai saat ini Selasa (06/12/2016) belum juga mengalami surut.
Berdasarkan data yang dihimpun, delapan kecamatan itu yakni, Kecamatan Pagelaran, Patia, Sukaresmi, Angsana, Munjul, Panimbang, Saketi dan Sobang. Akibat bencana banjir itu bukan hanya ratusan rumah saja yang terendam, akan tetapi banyak para petani yang gagal panen karena semua pesawahan ikut terendam banjir tersebut.
Untuk sawah yang terendam banjir di Kecamatan Patia sekitar 450 hektar sawah terdiri dari Desa Idaman 60 hektar, Surianeun 70 hektar, Ciawi 50 hektar, Babakankeusik 50 hektar, Cimoyan 50 hektar, Pasir Gadung 45 hektar, Patia 15 hektar, Turus 10 hektar, Simpang Tiga 15 hektar. Kalau di Kecamatan Pagerlaran dengan jumlah total 275 hektar sawah. Semua sawah itu yang terendam itu, umur tanaman padi yang mengalami hancur dan akan gagal panen yakni, sekitar 30-34 hari kalender.
Salah seorang warga, ujang mengatakan, pada saat terjadinya banjir itu sekitar pukul 22.00 Wib. dirinya dan keluarganya dalam keadaan tidur lelap, tiba-tiba saja air dari sungai Cilemer masuk kedalama rumahnya dengan ketigian sekitar 50 cm. “Selain di Kampung kami, kampung yang lain juga yakni Kampung Cukang dan Dungushaur. Kondisi saat ini banjir masih menggenangi rumah kami, karena aliran sungai Cilemer belum mengalami surut, biasanya sih kalau sungai surut banjir juga ikut surut,” katanya.
Menurutnya, banjir yang sekarang terjadi itu setiap tahunnya sudah menjadi langanan jika hujan selama tiga hari tiga malam tidak berhenti. Katanya, padahal banjir itu sering terjadi menimpa warga, akan tetapi kenapa belum juga ada solusi terbaik dari Pemkab Pandeglang untuk melakukan pencegahan supaya tidak terjadi banjir lagi. “Banjir yang menimpa kami ini sudah puluhan tahun, setiap tahunnya pasti terjadi. Tapi, sampai saat ini belum ada upaya dari pemerintah untuk meniadakan banjir yang sering terjadi ini. Padahal bajir ini kan terjadi akibat luapan air dari sungai, kalau saja pemerintah fokus memperbaiki aliran sungai pasti tidak akan tejadi. Kami sih berharap dari pemerintah segera memberikan solusi untuk wilayah kami,” ujar Ujang.
Kapala Seksi Sarana dan Prasarana pada Dinas Pertanian dan Pertenakan (Distanak) Kabupaten Pandeglang, Uun Junandar membenarkan, banyak para petani yang akan teracam gagal panen karena semua sawahnya telah dihantam banjir. Kata dia, pihaknya juga sampai saat ini masih melakukan pendataan dibeberapa kecamatan yang terendam banjir. “Untuk saat ini semua petugas lapangan dari Distanak masih melakukan inventarisir di semua wilayah yang terkena banjir, dan kami baru mendapatakan laporan untuk sementara itu di Kecamatan Patia sekitar 450 hektar dan di Pagelaran sekitar 275 hektar,” bebernya.
Sementara itu, Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Pandeglang, Ade Mulayana menuturkan, pihaknya bersama seluruh anggotanya sedang melakukan evakuasi warga yang mau sekolah dan malakukan aktivitas lainnya. Banyak juga warga yang enggan diungsikan karena banjir itu masih dianggap kecil. “Dalam peristiwa banjir yang terjadi, belum ada korban jiwa dan hanya beberapa rumah saja yang mengalami kerusakan serta barang-barang lainnya milik warga banyak juga yang mengalami kerusakan akibat terendam banjir. Kami akan terus berupaya melakukan evakuasi sampai banjir ini surut,” tuturnya. (Agus/BBC)