Warga mengeluhkan adanya penambangan liar di sekitar Gunung Pabeasan, Kabupaten Serang, dan Gunung Aseupan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Warga menduga hal itu menjadi penyebab terjadinya banjir bandang dan longsor pada Senin, 25 Juli 2016 lalu.
“Gunung Pabeasan pada gundul ditebangin. Di sana air nggak ketampung, akhirnya meluap, kayaknya gitu. Gunung di belakang sini,” kata Dani Hamdani, Ketua RW 04, Desa Anyar, Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, Banten, Kamis, 28 Juli 2016.
Hal senada disampaikan Bupati Pandeglang yang memprediksi adanya penebangan liar di sekitar Gunung Aseupan. Padahal, kawasan itu adalah bagian dari Taman Hutan Rakyat (Tahura) Banten.
“Hutan kita semakin gundul. Ada tangan-tangan jahil, harus ditanam kembali dengan pohon,” kata Bupati Pandeglang Irna Narulita.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten, Sumawijaya berharap agar pengelolaan hutan dan alam diperbaiki sehingga meminimaliasi bencana longsor. Ia juga menyebut longsor tahun ini merupakan yang terbesar.
“Kalau air turun cepat, harusnya masyarakat sadar bahwa resapan kurang,” ucap Sumawijaya, saat ditemui di Posko Terpadu Bencana Banjir dan Longsor di Kantor Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, Banten.
Berdasarkan data pada laman Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Banten, luas Tahura mencapai 1.590 hektare yang ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan (Menhut) nomor SK 221/Menhut-II/2012. Lokasinya terletak di kelompok hutan Gunung Aseupan, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Dalam SK tersebut, Tahura Banten sendiri berfungsi untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendudukan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
(Edi0
liputan6