Masih dalam momen lebaran , indonesia diterpa masalah konflik antar umat di Papua, ya papua memang merupakan mutiara bagi indonesia, semenjak masuk ke pangkuan ibu pertiwi tahun 1962 dari mulai Soekarno , Soeharto, BJ Habibie, dan seterus nya sampai SBY, hampir seluruh generasi pergantian nahkoda negara ini , papua selalu di anak tirikan. baru di jaman Jokowi saja , papua mulai digembar gemborkan dengan harapan semoga bukan hanya bualan saja.
Belakangan ini terkait kasus pembakaran tempat ibadah dan beberapa kios di Tolikara , Papua (17/7/2015) akibat ada nya konflik disana, kita semua sedikit tersentuh dan sedikit di ingatkan , kita di sentil bahwa ada papua di indonesia! Kejadian beberapa hari lalu yang seharusnya merupakan momen bahagia bagi umat islam tapi tercoreng oleh ulah kelompok dan golongan yang tidak bertanggung jawab yang merusak citra kerukunan antar umat beragama.
Maka demi tercipta nya harmoni bernegara dalam merajut nusantara, slogan bhinneka tunggal ika seharus nya menjadi ‘way of life’ bagi seluruh masyarakat indonesia.
Mencoba menganalisis masalah dan sedikit berbagi kepada sahabat sahabat semua, kami dari PMII kota Cilegon berharap dan menyatakan sikap :
1. Mengutuk siapapun yang berani mengganggu keharmonisan , Kerukunan antar umat beragama khusus nya di tolikara , Papua
2. Mengajak kepada berbagai unsur dan elemen masyarakat untuk menyadari adanya realitas sosial yang unik serta menghargai kearifan lokal dalam daya adaptasi adat dan budaya masyarakat setempat
3. Mengajak kepada seluruh umat muslim, khusus nya kota Cilegon dan Banten untuk tidak mudah terprovokasi dan melakukan gerakan-gerakan ekstrim kekerasan yang dapat memicu konflik berlebih
4. Mengajak untuk kaum pemuda, kaum intelektual untuk berpartisipasi lebih konstruktif dan transformatif minimal dengan membudayakan hidup rukun antar umat beragama dengan nilai-nilai keindonesiaan
5. Menuntut pihak pemerintah pusat, untuk merumuskan solusi terkait kondisi dan situasi ekopolsosbud di papua, dimana masyarakat di hadapkan dengan adaptasi terhadap dinamika pembangunan serta arus kependudukan asing yang intens sehingga harus ada solusi yang tepat
Semoga Visi besar Gubernur Papua , Lukas Enembe “kasih menembus perbedaan” dapat menjadi pondasi bagi pilar pilar kedamaian dan kerukunan antar umat yang berbeda suku, identitas, nilai-nilai budaya, adat istiadat yang dapat terkemas dalam rajutan toleransi dan solidaritas.
-Andra Imam Putra- Kabid Eksternal PC.PMII Kota Cilegon