JAKARTA – Sikap dan dukungan resmi Partai Demokrat kepada pasangan Prabowo-Hatta, Senin (30/06/2014) kemarin, bukan sekedar dukungan biasa. Tapi ada makna misteri dibaliknya. Apakah itu?
Sudah lazim diketahui kalau angka 9 adalah “lucky number” untuk seorang Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dan dukungan Partai Demokrat yang ditunggu-tunggu Prabowo-Hatta akhirnya datang persis 9 hari sebelum pelaksanaan Pilpres 2014 yang jatuh pada hari Rabu tanggal 9 Juli 2014.
Dan sudah menjadi tradisi SBY, selalu mengambil momentum yang berhubungan dengan angka 9 setiap mengambil sebuah keputusan penting.
Beberapa analis meyakini, keputusan SBY memerintahkan jajaran Partai Demokrat untuk mendukung Prabowo-Hatta, bukan sekedar ada Hatta Rajasa, besannya sendiri, melainkan ada perhitungan cukup matang dan keyakinan bahwa pasangan nomor 1 akan memenangi Pilpres 2014 mendatang.
Pilpres 2014 dilaksanakan tanggal 9 Juli, yang merupakan angka keramat SBY. Tentu saja ada makna dibalik itu semua.
Dan, keputusan SBY melabuhkan dukungan politiknya ke Prabowo-Hatta adalah kerugian besar bagi sebagian elite PDIP yang selama ini getol mengupayakan islah antara SBY dan Megawati, pasca Mega merasa kesal ditelikung SBY pada Pilpres 2004 silam.
Padahal, usai Pemilu Legislatif, dimana PDIP dinyatakan sebagai pemenang, SBY membuka pintu islah kepada Megawati. Namun, dendam dan kekerasan hati Mega tampaknya menjadi kendala bersatunya PDIP dan Demokrat.
The show must go on! Itulah keputusan SBY yang akhirnya resmi mendukung Prabowo-Hatta tepat 9 hari sebelum pelaksanaan coblosan Pilpres dilaksanakan.
Kesan netral yang diberikan SBY sepertinya taktik mengulur waktu SBY untuk memberikan kesempatan bagi Mega. Tapi yang ditunggu tak kunjung tiba. Malah SBY melihat Mega mengumpulkan orang-orang (barisan) sakit hati kepada SBY di koalisi dan tim sukses Jokowi-Jusuf Kalla.
Angka 9 yang selalu identik dengan SBY juga menjadi angka keramat bag Nahdlatul Ulama (NU) dengan gambar 9 bola dunia. Juga Islam di Indonesia disiaran oleh 9 wali (wali songo).
SBY lahir tanggal 9 bulan 9 tahun 1949 dan Partai Demokrat kali pertama mengikuti Pemilu pada 2004 dengan mendapatkan nomor 9 pula.
Tentu saja, kubu Prabowo-Hatta serasa mendapat amunisi baru dengan datangnya dukungan dari Partai Demokrat itu.
Karena jika menang di Pilpres 2014 nanti dan mengacu pada hasil pemilihan anggota legislatif April lalu, maka gabungan 7 partai pengusung Prabowo-Hatta ini memiliki kekuatan 56,52 persen suara di parlemen.
Sementara koalisi pendukung capres dan cawapres Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla menghasilkan kekuatan masing-masing; PDI Perjuangan (18,95 persen), Partai Nasional Demokrat (6,7 persen), Partai Kebangkitan Bangsa (9,04 persen), dan Partai Hanura (5,26). Gabungan empat partai ini menghasilkan kekuatan suara 39,32.
SBY yang sudah berpengalaman 2 periode memenangi ajang Pilpres tentu memiliki perhitungan cermat sebelum memutuskan Partai Demokrat mendukung Prabowo-Hatta.
Selain karena dasar survei atas elektabilitas Prabowo-Hatta, mungkinkah SBY juga sudah tahu kalau “Wahyu Keprabon” yang selama ini menemaninya 10 tahun sudah berpindah ke Prabowo?
@Jurnal3
Penulis: salsa